Tangerang Selatan, pejalan.or.id – Di bawah kanopi pohon sengon jenis sabrang (Falcataria falcata) berdiameter sekitar 100 cm yang rindang nan teduh, puluhan anak muda nampak tekun memperhatikan seorang instruktur yang berpengalaman menjelaskan prosedur sebelum memanjat pohon secara aman dan nyaman, lengkap beserta alat-alat yang digunakan.
Puluhan anak muda mengikuti pelatihan tree climbing di kebun Budi Daya-Honest Farming & More di Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan.
Dalam suasana yang asri di kebun Budi Daya-Honest Farming & More, pada pagi menjelang siang itu, para peserta yang tergabung dalam gerakan anak muda peduli lingkungan Biodiversity Warriors juga diajari membuat simpul yang cocok untuk menaiki pohon.
Selain itu, teknik memanjat pohon dan sejumlah potensi pekerjaan yang berhubungan dengan profesi yang disebut tree climbing ini juga tidak luput dari materi pelatihan yang dilangsungkan di kebun yang ada di Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan ini.
Usai dibekali teori, para peserta kemudian diajak untuk melakukan praktik memanjat pohon menggunakan tali yang dilingkarkan pada dahan yang tebal dan kokoh. Seketika, suasana kebun yang berada di tengah-tengah permukiman perkotaan padat itu pun bertambah hangat.
Tak pelak, raut wajah peserta yang semula serius berubah menjadi sumringah. Rasa penasaran akhirnya terbayarkan.
“Bagi saya aktivitas ini menyenangkan. Terlebih ketika berkesempatan bisa naik pohon menggunakan tali. Ternyata tidak mudah, dan harus step by step,” kesan Jovina (21), mahasiswa London School of Public Relation (LSPR) usai mengimplementasikan pelajaran memanjat pohon yang disampaikan instruktur, beberapa waktu lalu.
Peserta mempraktikkan panjat pohon dengan menggunakan alat yang aman dan nyaman. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia
Menambah Wawasan Fungsi Pohon
Pada saat ingin mencapai ketinggian yang tinggi, dara bermata sipit ini terlihat berjuang melalui kombinasi rasa takut dan kelelahan. Walau khawatir jatuh, namun rasa was was itu bisa ia kendalikan.
Sebab, ia dibekali dengan perlengkapan climbing yang memenuhi kriteria ketahanan dan kekuatan, seperti tali carmantel, prusik, harnest, carabiner, helm, webbing, descender, dll.
Lewat kegiatan ini juga ia merasa mendapatkan wawasan baru terkait dengan fungsi pohon. Semula ia anggap pohon itu hanyalah tempat burung dan hewan lain.
Akan tetapi dengan mengikuti kursus kilat ini ia jadi tahu bahwa pohon ternyata juga bisa menjadi arena bermain yang menyenangkan. “Jujur, jika ada lowongan pekerjaan ini saya tertarik sekali bergabung,” imbuh Jovina.
Kesan serupa juga diungkapkan Ruth Victoria (21). Menurut mahasiswa yang aktif menyuarakan isu lingkungan di kampusnya ini, kegiatan pelatihan yang dipandu oleh sejumlah instruktur dari Cakra Muda Buana itu mampu membuka wawasannya dalam melihat peranan pohon.
Awalnya, sependek pengetahuan dia pohon itu hanya dijadikan sumber pangan bagi masyarakat yang hidup di hutan. Namun dengan ikut latihan itu ia jadi mengerti bahwa pohon bisa menjadi arena rekreasi. Bahkan, juga bisa menjadi arena olahraga.
“Tadinya terdengar sepele. Setelah dijelaskan jadi tahu kalau memanjat pohon ini ternyata manfaatnya banyak,” terang perempuan berambut lurus bergelombang ini.
Merasa mendapat manfaat banyak dari pohon, ia pun mengaku berhutang budi. Cara sederhana yang ingin ia lakukan adalah dengan mengkampanyekan pentingnya keberadaan pohon di kehidupan ini kepada kerabat-kerabat terdekatnya.
Walaupun ia merasa bukan berasal dari latar belakang mahasiswa kehutanan, biologi maupun keilmuan lain yang mendukung, namun bagi Ruth menjadi agen pembela kelestarian pohon ini penting dilakukan semua pihak.
Karena bagi dia, manfaat pohon ini tidak hanya dirasakan oleh kelompok-kelompok tertentu akan tetapi keberadaannya sangat berjasa bagi siapapun, tanpa tebang pilih.
“Dengan mengikuti kegiatan ini saya jadi bersemangat untuk mengkampanyekan isu-isu lingkungan. Saya juga akan membagikan pengalaman ini kepada orang lain,” kata ketua Climate Change Champion Club di kampus LPSR.
Di Indonesia, profesi ini masih belum familiar. Sedangkan di Singapura dan Malaysia profesi tree climbing ini sangat diperlukan untuk merawat pohon. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia
Merawat Pohon Sebagaimana Mestinya
Bukan hanya untuk rekreasi maupun olahraga, kegiatan memanjat pohon ini juga sudah menjadi komponen yang sangat dibutuhkan dalam pekerjaan kehutanan, seperti arborits.
Dalam sejarahnya, kegiatan memanjat pohon ini juga diprakarsai oleh seorang arborist aktif dan pensiunan pemanjat tebing bernama Peter Jenkins. Pria asal Amerika Serikat itu mendirikan Tree Climbers Internasional pada tahun 1983.
Di negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, profesi tree climbing ini sangat diperlukan untuk merawat pohon. Sedangkan di Indonesia, profesi ini masih sayup-sayup terdengar alias masih asing.
“Tidak asal tebang, harus ada rekomendasi dari dokter pohon,” ujar Noor Maida Sugesti, Chief Executive Officer Cakra Muda Buana. “Jadi, ini sangat membantu kelestarian hutan,” imbunya.
Menurut Maida, potensi peluang profesi tree climbing di negara yang bila mengacu pada data Kementerian Kehutanan dan Lingkungan (KLHK) mempunyai lahan berhutan seluas 94,1 juta hektare ini sangat besar.
Disamping mengutamakan aspek keselamatan manusia maupun aset-aset disekitar pohon yang sudah membahayakan, disatu sisi profesi ini bisa digunakan untuk merawat pohon sebagaimana mestinya.
Dalam kegiatan science, lanjut dia, profesi memanjat pohon ini bisa digunakan untuk melihat dunia kanopi yang merupakan lokasi awal mulanya perkembang biakan sebuah pohon.
Profesi ini bisa membantu mempermudah untuk pengambilan biji, pembuatan herbarium, pengukuran fotosintesis. Selain itu, dapat pula dijadikan untuk sarana inventarisasi satwa liar.
Sementara itu, Muhammad Syarif, Public Relations and Education Outreach Manager Kehati mengungkapkan, tree climbing ini penting diperkenalkan agar bisa menjadi bekal untuk anak-anak muda Biodiversity Warriors. Tidak hanya anggota, dalam kegiatan ini pihaknya juga melibatkan masyarakat umum.
“Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah agar anak-anak muda bisa semakin mencintai pohon. Tidak harus dengan acara formal. Namun, bisa juga dikemas dengan acara yang seru seperti pelatihan memanjat pohon ini,” tutupnya. (***)
Editor : pejalan.or.id