Tanjungpinang, pejalan.or.id – Pulau Paku adalah pulau kecil di Tanjungpinang yang memiliki nilai historis yang mendalam namun pulau ini terancam tenggelam karena pengaruh lingkungan. Pulau ini berada tidak jauh dari pelabuhan kota Tanjungpinang atau berada ditengah-tengah antara Pulau Penyengat dan Kota Tanjungpinang.
Pulau Paku sangat kecil seperti timbunan pasir di tengah laut sehingga menjadi pertanyaan bagi pengunjung. Sekarang luasan Pulau Paku hanya tersisa sekitar 18 meter persegi ketika air laut sedang pasang, dan terlihat lebih luas ketika air laut sedang surut. Meski begitu, pulau ini dulunya di tumbuhi tumbuhan pesisir namun sekarang sudah tidak ada lagi yang masih tersisa.
Misteri dan Mitos
Pulau Paku merupakan pulau historis dengan misteri dan mitos yang terkenal di masyarakat. Mitosnya, jika Pulau Paku subur dan dipenuhi dengan tumbuhan itu menandakan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar akan berkembang dengan baik, begitu juga sebaliknya.
Pulau Paku menjadi saksi bisu perjalanan hidup para perantau. Sepanjang sejarah, pulau ini menjadi tempat mereka mencurahkan rasa syukur dengan melemparkan emas sebagai simbol terima kasih atas segala berkah yang telah diterima.
Pulau Paku, dengan mitosnya, menyimpan pesan mendalam tentang rasa syukur dan penghargaan terhadap alam. Tradisi melempar sedikit emas ke pulau ini oleh perantau sukses adalah cerminan nyata dari nilai budaya yang menjunjung tinggi asal-usul. Pulau ini mengajarkan kita bahwa kesuksesan adalah hasil dari anugerah alam dan masyarakat, sehingga penting untuk selalu mengingat dan menghormati akar kita.
Faktor Yang Mempengaruhi
Reklamasi : Reklamasi di wilayah tepi laut atau pantai memiliki dampak terhadap kerberlangsungan pulau sekitar, reklamasi tersebut dapat mempengaruhi perubahan arus laut dan gelombang, yang berpotensi menyebabkan erosi pantai di daerah lain.
Pemanasan Global : Pemanasan global memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap keberlangsungan pulau-pulau di seluruh dunia, termasuk pulau-pulau disekitar kita. Salah satu dampak yang paling menakutkan adalah tenggelamnya pulau-pulau kecil seperti Pulau Paku akibat kenaikan permukaan air laut. Ini terjadi karena mencairnya es di kutub dan pemuaian air laut karena suhu meningkat menyebabkan garis pantai semakin maju dan pulau-pulau yang rendah semakin terendam.
Perubahan Arus Laut dan gelombang yang lebih kuat dan seiring serta naiknya permukaan air laut menyebabkan erosi pantai semakin parah. Hal ini juga bisa mengancam habitat alami.
Observasi sederhana mengenai keberadaan Pulau Paku dengan menggunakan Google Earth di lakukan oleh Dosen dan Mahasiswa UMRAH yang terdiri dari Mahasiswa Pecinta Alam (MAHAPALA) dan KMI CORAL UMRAH, hasil observasi tersebut adalah dari tahun 2007 hingga 2024, terjadi abrasi dan perubahan bentuk pulau yang disebabkan oleh perubahan arus laut dampak dari reklamasi wilayah tepi laut Tanjungpinang. Akibat dari perubahan atau perpindahan sedimen (pasir) di pulau tersebut adalah menyebabkan pohon yang berada pada pulau tersebut hanyut karena tidak memiliki sedimen yang cukup untuk menahan pohon dari arus laut dan gelombang setelah terjadinya abrasi akibat perubahan arus laut dan gelombang.
Upaya Pelestarian
Pulau Paku sekarang hanyalah pulau tandus, tidak berpenghuni, dan dipenuhi oleh sampah yang terbawa oleh arus laut. Berdasarkan observasi menggunakan Google Earth, kami berhasil mengetahui area yang tidak terkena abrasi, yang mana diketahui pada observasi sebelumnya, terjadi perpindahan sedimen, namun sedimen di area tersebut tidak ikut berpindah, area ini kami tandai sebagai ”Safe area”. Di area inilah kami lakukan penanaman mangrove sebagai upaya restorasi ekosistem pulau melalui penanaman mangrove.
Upaya pelestarian pulau dengan penanaman mangrove dilakukan karena mangrove memiliki peran sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Mangrove memiliki akar yang kuat dan rapat sehingga mampu menahan gelombang dan arus laut yang kuat untuk mencegah abrasi. Akar mangrove juga berfungsi sebagai perangkap sedimen, sehingga dapat mencegah pendangkalan di sekitar pulau.
Jika mangrove yang ditanam berhasil hidup dan berhasil menumbuhkan akar yang kuat untuk bertahan hidup, maka keberlangsungan Pulau Paku akan tetap terjaga dan lestari. (gnt)
Editor : pejalan.or.id