Mengurangi Dampak Sampah Rumah Tangga: Konsep Zero Waste Jadi Solusinya

Tanjungpinang, pejalan.or.id – Setiap hari rumah tangga menghasilkan berbagai jenis sampah, mulai dari sampah organik hingga anorganik. Sampah sisa konsumsi rumah tangga sepatutnya bisa dikendalikan mulai dari rumah. Konsep zero waste atau bebas sampah bisa menjadi pilihan sebagai gaya hidup.

Meningkatnya jumlah sampah saat ini disebabkan oleh tingkat populasi dan standar gaya hidup, yaitu semakin maju dan sejahtera kehidupan seseorang maka semakin tinggi jumlah sampah yang dihasilkan.

Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada tahun 2021, sampah rumah tangga menjadi jumlah terbanyak penghasil sampah dengan persentase 40,85 persen kemudian diikuti dengan sampah perniagaan di angka 18,22 persen.

Dari data tersebut, juga disebutkan bahwa sampah organik menjadi dominasi sumber sampah di skala nasional dengan persentase 29,67 persen. Pemerhati Kesehatan Lingkungan, Malik Saepudin, SKM, M.Kes mengatakan pada umumnya, satu rumah tangga dapat terdiri dari 3-6 anggota keluarga.

Jika setiap orang menghasilkan sampah 2,5 liter/orang hari atau 0,5 kg/orang hari, maka setiap rumah menghasilkan sampah 7,5-15 liter/hari atau 1,5-3 kg/hari. “Sampah organik memiliki komposisi paling besar yaitu 70 persen daripada sampah anorganik yaitu 28 persen dan sampah beracun dan berbahaya (B3) yang hanya dua persen.” ucapnya.

Sampah organik yang dihasilkan ini secara umum hanya tiga jenis yaitu sampah sisa makanan, sisa potongan sayur dan buah atau sampah dapur dan sampah dari sapuan halaman rumah.

Ia mengatakan konsep pengelolaan sampah Reduce, Reuse, Recycle (3R) sangat cocok diterapkan. Namun, pada kenyataannya penerapan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari masih jauh dari yang diharapkan.

“Pengelolaan sampah di masa yang akan datang perlu lebih dititikberatkan pada perubahan cara pandang dan perilaku masyarakat dan lebih mengutamakan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaannya,” tuturnya.

Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah pengelolaan sampah secara mandiri pada skala rumah tangga. Pengelolaan sampah skala rumah tangga dapat dilakukan dengan konsep zero waste. Pengelolaan secara zero waste merupakan pengelolaan dengan melakukan pemilahan, pengomposan, dan pengumpulan barang layak jual.

“Jadi zero waste merupakan pengelolaan sampai di tingkat hulu sebagai acara yang paling efektif dalam penyelesaian persoalan sampah yaitu dimulai dari kelompok terkecil Rumah tangga,” ungkap Malik.

Langkah ini, kata dia, dimaksudkan supaya jumlah sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) seminimal mungkin bahkan hingga nol sampah.

Berdasarkan konsep tersebut maka hal dilakukan pertama kali adalah pemilahan. Menurutnya, keberagaman sampah yang dihasilkan tentu akan menimbulkan permasalahan jika pembuangan sampah dilakukan hanya dengan membuang ke TPA karena keterbatasan kapasitas.

Bahkan mungkin terjadi sampah tersebut akan dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) liar sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. “Oleh karena itu, sangat diperlukan teknik pengelolaan sampah,” ujarnya.

Langkah pertama yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan pemilahan sampah. Pemilahan dalam rumah tangga harus didukung fasilitas pewadahan berupa tong sampah yang memadai.

Selain itu, pemahaman mengenai pentingnya memilah sampah harus didukung oleh seluruh anggota keluarga sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik.

“Pemilahan diawal ketika sampah timbul memudahkan proses pengelolaan sampah,” katanya. Menurutnya, perlu menyediakan tong sampah dalam rumah cukup dibagi untuk dua jenis sampah yaitu sampah organik (basah) dan sampah anorganik (kering).

Selain itu, kebutuhan tong sampah untuk mendukung pemilihan juga perlu diperhatikan. Dirinya menegaskan bahwa, pengolahan sampah rumah tangga tidak harus selalu dilakukan dengan mesin-mesin berteknologi canggih. “Kita semua bisa turut mengolah sampah sendiri dengan cara yang sederhana,” tuturnya.(fry)

Editor : pejalan.or.id

Share |

Editor

Artikel Terkait