Alat Represi Rakyat Dimanfaatkan Menjadi Karya Seni Kontroversi

Tanjungpinang, pejalan.or.id – Lautan “rompi kuning” menggenangi Prancis sekitar enam tahun yang lalu. Setiap pekan selama tiga bulan berturut-turut, massa dalam balutan rompi kuning memadati jalanan kota-kota besar untuk memprotes tingginya biaya hidup di negara tersebut.

Aksi yang dijuluki “gilets jaunes” (rompi kuning dalam bahasa Prancis) ini kerap ricuh akibat adanya bentrokan dengan aparat kepolisian. Fotografer Steven Monteau menjadi saksi mata kekerasan yang dilakukan polisi untuk membubarkan kerumunan di kotanya, Bordeaux. Banyak orang yang ia temui mengalami kebutaan dan cacat permanen usai terkena serangan granat.

Seorang temannya, Antoine Boudinet, kehilangan tangan ketika menghadiri aksi yang digelar pada Desember 2018. Kala itu, pasukan anti huru-hara melempar granat jenis GLI-F4 ke arah demonstran. Bom setara 26 gram TNT ini dulunya sering digunakan untuk menghalau jalannya demonstrasi, tapi penggunaannya kemudian dilarang otoritas Prancis pada 2020.

Dari pengalaman ini, Monteau dan Boudinet mendapat ide cemerlang untuk “memberi balasan setimpal” kepada aparat. “Saya mengajak teman-teman mengumpulkan informasi seputar alat persenjataan yang digunakan,” ujar Monteau. Baginya, alat-alat yang merepresi rakyat bisa dimanfaatkan sebagai karya seni.

Granat dan flash-ball, proyektil sejenis peluru karet, adalah dua jenis senjata yang banyak mereka temukan di tempat aksi. Meskipun tidak mematikan, flash-ball dapat menyebabkan cedera parah pada targetnya.

Monteau dan teman-temannya lalu memperagakan hal-hal yang dapat terjadi bila seseorang terkena flash-ball. “Kami mengarahkan flash-ball di area sekitar alis untuk membayangkan seperti apa dampaknya jika dilempar dengan kecepatan tinggi,” lanjutnya. “Saya pun terinspirasi menggunakan viewfinder (jendela bidik) kamera yang terbuat dari flash-ball.”

Semua senjata bekas yang mereka temukan sukses dirakit menjadi satu kamera utuh. Shutter kamera terbuat dari granat GLI-F4, sedangkan lensanya dari tabung gas air mata.

Shutter kamera terbuat dari granat GLI-F4, sedangkan lensanya dari tabung gas air mata. (Sumber : Instagram stevenmonteau )

Pada 1 Mei 2019, Monteau tiba-tiba dicegat polisi ketika ia tengah mengabadikan aksi protes hari itu menggunakan kamera barunya.

Aparat yang menangkapnya tak tanggung-tanggung menghancurkan kamera pakai pentungan karena tampak mencurigakan, lalu menyitanya sebagai barang bukti. “Ya gak heran sih kalau terlihat mencurigakan,” kenangnya. “Kamera itu kan memang terbuat dari bom mereka.”

Monteau dibebaskan tiga hari kemudian, setelah kameranya dipastikan bukan benda berbahaya. Untung saja, kamera itu masih bisa berfungsi. “Sekarang saya membungkusnya pakai kardus bertuliskan ‘PRESS’ supaya tidak terulang lagi,” imbuhnya.

Sang fotografer mengumpamakan hasil jepretannya sebagai imbalan yang pantas diterima polisi. Ia cuma ingin “mengembalikan barang mereka”, namun dalam bentuk karya foto yang menggambarkan kebrutalan polisi. Contohnya seperti noda cahaya gelap di sudut foto, yang merupakan efek kamera bocor.

“Efek ini mirip penglihatan kita yang kabur di tengah kepulan asap. Kita memicingkan mata, sehingga tidak bisa melihat dengan jelas,” tuturnya.

Hasil Jepretan Fotografer Steven Monteau

Monteau menyebut alasannya menyulap senjata polisi jadi kamera yaitu untuk mengapresiasi kawan-kawan pengunjuk rasa yang telah memperjuangkan hak rakyat. “Katanya, jurnalis foto harus bersikap netral. Tapi kalau saya pribadi tidak mau netral. Saya ingin menjadi bagian gerakan itu,” tandasnya.

Ia tetap menggunakan kamera bomnya walau gilets jaunes sudah jarang diadakan. Sekarang Monteau mengabadikan aksi-aksi lain di tempat tinggalnya.

Karya foto Monteau pernah dipajang di pameran museum Le Volcan pada Mei 2019, di bulan yang sama ketika kameranya rusak kena pentungan polisi. Pameran itu diselenggarakan dalam rangka memperingati enam bulan lahirnya aksi rompi kuning. Berkat kamera ini pula ia bisa berkenalan dengan para aktivis di negaranya.

Tapi di sisi lain, Monteau harus merasakan getirnya berurusan dengan aparat. Ia dipentung polisi saat ikut aksi menentang reformasi pensiun pemerintah di Paris pada Maret lalu. Monteau mengalami cedera kepala sebagai akibatnya.

Simak foto-foto hasil jepretan kamera stevenmonteau tentang bom berikut ini:

Editor : pejalan.or.id

Share |

Editor

Artikel Terkait