Tanjungpinang, Pejalan.or.id – Studi yang dilakukan Linnaeus University di Swedia menunjukkan emisi pesawat-pesawat jet pribadi meningkat sebesar hingga 46 persen dalam lima tahun terakhir. Temuan ini menggambarkan dampak penerbangan pribadi, terutama oleh pesawat-pesawat non esensial kelompok super-kaya.
Studi terbaru mendapati bahwa polusi karbon yang dihasilkan oleh pesawat-pesawat pribadi meningkat pesat dalam lima tahun terakhir ini. Lansiran dari voaindonesia.com.
Sebagian besar pesawat pribadi berukuran kecil ini mengeluarkan lebih banyak gas yang memerangkap panas hanya dalam dua jam penerbangan eksklusif dibanding yang dilakukan rata-rata orang biasa dalam setahun penuh. Sejumlah jenis pesawat pribadi yang lebih besar bahkan mengeluarkan jumlah gas yang sama hanya dalam satu jam terbang.
Studi yang dipublikasikan di jurnal “Nature’s Communications Earth & Environment” ini menemukan bahwa seperempat juta orang super kaya – yang secara kolektif memiliki kekayaan senilai 31 triliun dolar AS – mengeluarkan 17,2 juta ton (15,6 juta metrik ton) karbon dioksida saat terbang dengan pesawat pribadi tahun lalu. Jumlah tersebut hampir sama dengan karbon yang dihasilkan oleh 67 juta orang yang tinggal di Tanzania.
Studi itu juga mendapati bahwa emisi jet pribadi telah melonjak sebesar 46 persen dari 2019 hingga 2023. Sedikitnya 1,8 persen dari polusi karbon penerbangan berasal dari jet pribadi.
Namun, sesungguhnya secara keseluruhan, penerbangan bertanggung jawab atas sekitar 4 persen dari gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia.
Hasil Kajian Tak Bisa Dianggap Remeh
Stefan Gossling, peneliti utama dalam kajian itu yang juga peneliti transportasi di Universitas Linnaeus Swedia, mengatakan hasil temuan itu mungkin terlihat seperti persentase yang kecil, tetapi ini adalah masalah keadilan.
“Kami mendapati bahwa penerbangan swasta memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perubahan iklim, khususnya pada tingkat individu. Dan kontribusi ini terus meningkat karena sektor ini juga terus berkembang,” kata Gossling.
Menurutnya, sebagian individu memberikan kontribusi yang jauh lebih besar terhadap perubahan iklim daripada individu lainnya.
“Atau dengan kata lain, kami mendapati bahwa terbang dengan pesawat pribadi berukuran besar tertentu akan menghasilkan emisi yang sama besarnya dengan emisi tahunan rata-rata manusia hanya dalam waktu satu jam penerbangan.”
Studi ini melacak pengguna jet pribadi dengan emisi tertinggi, yang meskipun tidak disebutkan namanya, diketahui telah mengeluarkan 2.645 ton (2.400 metrik ton) karbon dioksida – atau lebih dari 500 kali lipat dari rata-rata orang di seluruh belahan dunia.
“Jadi banyak penerbangan ini dilakukan bukan untuk bisnis, dan juga bukan karena keadaan darurat atau keperluan khusus. Mereka sering kali terkait dengan gaya hidup,” paparnya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan sebagian besar emisi dari penerbangan pribadi mungkin terkait dengan tujuan rekreasi.
“Semua itu membuat saya berpikir mungkin kita harus sedikit lebih realistis tentang argumen pentingnya karena pada akhirnya penggunaan pesawat pribadi ini hanya karena salah satu gaya hidup.”
Lima Acara Besar Dunia “Sumbang” 35.600 ton Karbon
Gossling juga meneliti dampak penggunaan jet pribadi pada lima acara besar dunia, yaitu Piala Dunia 2022 di Qatar, Forum Ekonomi Dunia 2023, Super Bowl 2023, Festival Film Cannes 2023, dan negosiasi iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2023 di Dubai. Acara-acara tersebut aja menyumbang lebih dari 35.600 ton (32.300 metrik ton) polusi karbon dari 3.500 penerbangan jet pribadi.
Menanggapi dampak lingkungan dari jet pribadi, kelompok-kelompok lingkungan menyerukan tindakan segera.
Jet Pribadi Bakar Ratusan Galon BBM Per Jam
Gossling mengatakan mereka yang menggunakan jet pribadi nyaris tidak bertanggung jawab atas dampak yang muncul.
Masalahnya, katanya, 26.000 pesawat pribadi dan orang-orang yang menggunakan akan berkelit dengan mengatakan “Kami hanya kelompok kecil. (Kontribusi-red) Kami tidak relevan dalam hal emisi.”
“Namun kemudian semua orang akan melihat kelompok kecil ini dan mengatakan, ‘Lihatlah mereka adalah penghasil emisi super, jika mereka tidak relevan, bagaimana kita bisa relevan?’ Dan kemudian Anda akan saling menuding antara dua kelompok yang berbeda yang mengunci kita dalam argumen melingkar yang membuat kita tidak bisa bergerak maju,” ujar Gossling.
Menurut penelitian tersebut, 51 persen jet pribadi membakar setidaknya 239 galon bahan bakar per jam. Hal ini berarti lebih banyak emisi karbon hanya dalam waktu dua jam penerbangan dibandingkan dengan rata-rata emisi yang dihasilkan orang dalam setahun.
Lebih dari 6.000 pesawat, yang mewakili sekitar 24 persen dari seluruh jet pribadi, membakar 321 galon bahan bakar atau lebih per jam, menghasilkan 4,7 ton karbon dioksida dalam 90 menit atau kurang.
“Jadi ada kelompok kecil yang menerapkan biaya karbon yang tinggi. Dan kita juga tahu bahwa kerusakan dalam hal hilangnya ekosistem, dalam hal hilangnya fungsi ekosistem, khususnya akan menimpa masyarakat miskin. Dan saya ingin agar orang-orang melakukan transfer ini, agar mereka melihat kerugian yang ditimbulkan oleh mereka yang memiliki banyak uang, dan kerugiannya ditanggung oleh mereka yang memiliki sedikit uang,” ujarnya.
Lebih 68 Persen Jet Pribadi Dunia Ada di AS
Studi tersebut menyarankan untuk mengenakan pajak atau biaya pendaratan berdasarkan kerusakan yang disebabkan oleh setiap ton emisi, yang diperkirakan oleh Gossling mencapai $200 atau 200 Euro. Sementara sebagian pihak lainnya mendorong larangan penggunaan jet pribadi.
Amerika tetap mendominasi penggunaan jet pribadi, dengan lebih dari 68 persen pesawat pribadi di dunia. Namun, jet pribadi dapat ditemukan bahkan di negara-negara yang lebih miskin, seperti Kepulauan Cayman, misalnya, yang memiliki 126 jet pribadi per 100.000 orang.
Di Amerika Serikat, Alaska memiliki penerbangan jet pribadi terbanyak per orang, dengan hampir 5.000 per 100.000 penduduk, menurut sebuah studi terpisah oleh Rustic Pathways. (***)