Gereja Ayam, Menata Keharmonisan Beragama di Kota Tanjungpinang Sejak 1883

Tanjungpinang, pejalan.or.id – Gereja Ayam di Kota Tanjungpinang, juga dikenal sebagai “GPIB BETHEL,” adalah salah satu bangunan bersejarah yang terkenal di kota tersebut. Nama “Gereja Ayam” berasal dari ornamen ayam jantan yang terdapat di puncak menara gereja. Gereja ini memiliki sejarah panjang yang berkaitan erat dengan perkembangan agama Katolik di Tanjungpinang.

Deskripsi Disbudpar Kota Tanjungpinang

Bangsa Belanda yang datang ke Nusantara hingga melakukan ekspansi ke berbagai wilayah di Nusantara dapat dikatakan selalu meninggalkan jejak-jejak mereka baik dalam wujud tangible maupun intangible. Wilayah Kepulauan Riau (Riouw Archipel) yang terkenal dengan budaya Melayu juga tidak luput dari ekspansi Belanda.

Salah satu tinggalan Belanda yang masih dapat dilihat hingga saat ini adalah Gereja GPIB Bethel Tanjungpinang. Saat kali pertama dibangun pada tahun 1883, gereja ini hanya digunakan untuk peribadatan bagi orang-orang Belanda dan kerabatnya, serta serdadu militer Hindia-Belanda yang memeluk agama Kristen Protestan di Tanjungpinang.

Gereja tertua di Kepulauan Riau yang ketika diresmikan disebut “De Nederlandse Hervormde Kerk te Tandjoengpinang” ini sudah berstatus sebagai bangunan cagar budaya. Masyarakat Tanjungpinang lebih mengenal gereja itu dengan nama Gereja Ayam, karena di bagian puncak bangunannya terdapat patung ayam jago.

Sejarah Singkat Gereja Ayam:

Gereja Ayam ini bernama ‘GPIB BETHEL’ terletak di central Kota Tanjungpinang. (Foto : Fahry Naviardy)

Pendirian Gereja:
Gereja Ayam didirikan pada awal abad ke-20 sebagai tempat ibadah bagi komunitas Katolik yang berkembang di Tanjungpinang. Pada masa itu, Tanjungpinang adalah salah satu pusat perdagangan dan administratif penting di Kepulauan Riau, dan banyak orang Eropa, terutama Belanda, serta komunitas lokal yang memeluk agama Katolik tinggal di sana.

Arsitektur:
Gereja ini dibangun dengan gaya arsitektur kolonial yang khas, mencerminkan pengaruh Belanda pada masa itu. Salah satu ciri khas dari gereja ini adalah adanya ornamen ayam jantan di puncak menaranya, yang melambangkan kebangkitan dan waspada, sesuai dengan tradisi Kristen.

Peran dalam Komunitas:
Selama bertahun-tahun, Gereja Ayam tidak hanya menjadi tempat ibadah tetapi juga pusat kegiatan sosial dan pendidikan bagi komunitas Katolik di Tanjungpinang. Gereja ini menjadi saksi bisu berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di kota ini, termasuk masa penjajahan, kemerdekaan Indonesia, dan perkembangan kota Tanjungpinang sebagai ibu kota provinsi Kepulauan Riau.

Pemugaran dan Perawatan:
Seiring berjalannya waktu, gereja ini mengalami beberapa kali pemugaran untuk mempertahankan keindahan dan kelestariannya. Meski demikian, bangunan asli dan elemen-elemen bersejarahnya tetap dipertahankan dengan baik.

Replika Ayam pada puncak Gereja GPIB Bethel Tanjungpinang (Foto : Fahry Naviardy)

Simbol Keberagaman:
Gereja Ayam merupakan simbol keberagaman di Tanjungpinang, sebuah kota yang dikenal dengan keragaman etnis dan agama. Keberadaan gereja ini menunjukkan toleransi dan harmoni yang ada di antara berbagai komunitas agama di kota ini.

Hingga saat ini, Gereja Ayam tetap menjadi salah satu bangunan ikonik di Tanjungpinang, menarik perhatian baik warga lokal maupun wisatawan yang tertarik dengan sejarah dan arsitektur kolonial./pejalan

Editor : pejalan.or.id

Share |

Artikel Terkait