Ruang Terbuka Hijau : Daya Dukung Kekuatan Ozon

Tanjungpinang, pejalan.or.id – Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan merupakan salah satu elemen penting dalam tata kelola lingkungan yang berkelanjutan.

Selain menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, keberadaan RTH juga berperan signifikan dalam menjaga kesehatan ekosistem, termasuk melindungi lapisan ozon yang krusial bagi kehidupan di bumi.

Di tengah ancaman perubahan iklim, pemanasan global, dan penipisan ozon, RTH menawarkan solusi alami untuk menjaga kestabilan lingkungan.

Lapisan ozon terletak di stratosfer, sekitar 15-35 km di atas permukaan bumi, dan berfungsi sebagai pelindung alami dari radiasi ultraviolet (UV) yang dipancarkan oleh matahari.

Tanpa lapisan ozon, radiasi UV yang berbahaya akan mencapai permukaan bumi, mengakibatkan berbagai masalah kesehatan bagi manusia, termasuk kanker kulit, katarak, serta gangguan sistem kekebalan tubuh.

Selain itu, radiasi UV yang berlebihan juga dapat merusak ekosistem, terutama di lingkungan perairan, seperti fitoplankton yang menjadi

Illustrasi Ruang Terbuka Hijau (dsgn.Aig)

fondasi rantai makanan laut. Oleh karena itu, keberlanjutan lapisan ozon sangat penting bagi keseimbangan ekologis bumi.

Namun, aktivitas manusia telah menyebabkan penurunan lapisan ozon, terutama karena penggunaan senyawa kimia seperti klorofluorokarbon (CFC), hidroklorofluorokarbon (HCFC), dan halon, yang merusak molekul ozon di stratosfer.

Untungnya, sejak Protokol Montreal disepakati pada tahun 1987, penggunaan zat-zat perusak ozon mulai dibatasi secara global, dan lapisan ozon menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

Meski begitu, tantangan lingkungan lain, seperti pemanasan global dan peningkatan emisi gas rumah kaca, turut memberikan tekanan pada lapisan ozon.

Design Taman Menarik (dsgn.Aig)

Dilansir dari klikhijau.com Ruang Terbuka Hijau (RTH) tidak hanya menjadi paru-paru kota yang menyediakan oksigen, tetapi juga memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas lingkungan, termasuk melindungi lapisan ozon.

Pohon-pohon dan vegetasi di RTH perkotaan menyerap karbon dioksida (CO2), salah satu gas rumah kaca utama yang berkontribusi pada pemanasan global, dan menggantikannya dengan oksigen melalui proses fotosintesis.

Proses tersebut membantu mengurangi konsentrasi CO2 di atmosfer, yang secara tidak langsung berkontribusi pada kestabilan ozon.

Menurut penelitian oleh Nowak dan Crane (2020), pohon-pohon di kota-kota Amerika Serikat mampu menyerap sekitar 22,8 juta ton karbon setiap tahun.

Menegaskan bahwa setiap hektar RTH yang ditanami pohon dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, memperlambat laju pemanasan global, dan menjaga kestabilan ozon.

Selain itu, vegetasi hijau di perkotaan juga dapat menyerap polutan udara seperti nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), dan senyawa organik volatil (VOC) yang berkontribusi pada penipisan ozon di atmosfer.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Tzoulas et al. (2017) menemukan bahwa kota-kota yang memiliki lebih banyak ruang hijau cenderung memiliki kualitas udara yang lebih baik, dengan konsentrasi polutan yang lebih rendah.

Dengan mengurangi polutan udara, RTH perkotaan membantu melindungi lapisan ozon dan meningkatkan kualitas udara yang dihirup oleh penduduk perkotaan.

Efek Urban Heat Island dan Kontribusi RTH

Salah satu dampak dari hilangnya ruang hijau di kota-kota besar adalah munculnya fenomena Urban Heat Island (UHI). UHI terjadi ketika area perkotaan memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan sekitarnya.

Fenomena ini disebabkan oleh dominasi infrastruktur buatan seperti beton, aspal, dan bangunan tinggi yang menyerap dan melepaskan panas lebih lama dibandingkan dengan area hijau.

UHI dapat memperburuk pemanasan global, meningkatkan penggunaan energi untuk pendinginan, serta mempercepat kerusakan ozon di atmosfer. Dalam hal ini, RTH memiliki peran penting dalam memitigasi dampak UHI. Pohon-pohon dan tanaman di RTH dapat menyerap radiasi matahari dan menguapkan air melalui proses transpirasi, yang membantu menurunkan suhu di sekitarnya.

Sebuah penelitian oleh Voogt dan Oke (2018) menunjukkan bahwa taman kota dan hutan urban dapat menurunkan suhu permukaan hingga 2-4°C, mengurangi efek UHI dan mencegah pemanasan berlebih yang berdampak pada lapisan ozon.

Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau untuk Mendukung Ketahanan Ozon

Melihat pentingnya peran RTH dalam mendukung ketahanan ozon dan keseimbangan ekosistem, perlu adanya pengelolaan yang tepat dan perencanaan jangka panjang.

Kota-kota di seluruh dunia semakin menyadari pentingnya RTH, dan banyak di antaranya telah mengintegrasikan konsep ruang hijau dalam perencanaan tata ruang kota. Beberapa strategi pengelolaan yang dapat mendukung ketahanan ozon meliputi:

1. Ekspansi Ruang Hijau

Memperluas area RTH merupakan langkah pertama untuk memperkuat ketahanan ekosistem perkotaan. Pemerintah daerah harus menetapkan target persentase RTH yang memadai dalam tata ruang kota.

Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap kota di Indonesia diwajibkan memiliki RTH minimal 30% dari total luas wilayah kota.

Kebijakan ini harus diimplementasikan dengan serius, karena ruang hijau yang lebih luas akan meningkatkan penyerapan CO2 dan mengurangi dampak perubahan iklim.

2. Diversifikasi Vegetasi

Penanaman berbagai jenis tumbuhan, terutama pohon-pohon besar yang memiliki kemampuan menyerap CO2 lebih banyak, dapat meningkatkan manfaat ekologis dari RTH.

Pohon-pohon seperti mangga, akasia, dan cemara dikenal mampu menyerap CO2 dalam jumlah besar dan cocok untuk ditanam di lingkungan perkotaan. Studi oleh Bowler et al. (2018) juga menunjukkan bahwa keberagaman vegetasi dapat memperkuat fungsi ekosistem dalam menjaga kualitas udara.

3. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat

Masyarakat perlu dilibatkan dalam upaya pelestarian RTH melalui program edukasi dan partisipasi aktif dalam penghijauan kota.

Kegiatan penanaman pohon di lingkungan perkotaan harus menjadi bagian dari kampanye yang lebih luas untuk menjaga kesehatan lingkungan dan ketahanan ozon.

Selain itu, masyarakat juga perlu diajak untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia yang merusak ozon, seperti produk aerosol yang mengandung CFC dan HCFC.

4. Konservasi Sumber Daya Air

Pengelolaan air yang tepat di RTH juga berperan dalam meningkatkan efektivitas ruang hijau dalam menyerap polutan udara dan menjaga kestabilan ozon.

Sistem drainase alami dan penggunaan air hujan untuk menyirami tanaman dapat meningkatkan daya serap tanah dan memperbaiki kualitas lingkungan.

Implementasi Global dalam Mendukung Ketahanan Ozon

Upaya menjaga lapisan ozon telah menjadi agenda global sejak disahkannya Protokol Montreal, yang hingga kini berhasil mengurangi penggunaan zat-zat perusak ozon secara signifikan.

Namun, ancaman lain seperti pemanasan global masih memberikan tekanan terhadap stabilitas ozon. Untuk itu, perluasan dan pengelolaan RTH di perkotaan menjadi salah satu strategi mitigasi yang efektif dalam skala lokal dan global.

Di banyak kota besar di dunia, seperti New York, Singapura, dan Melbourne, pemerintah telah mengintegrasikan RTH sebagai bagian dari solusi iklim.

Di New York, misalnya, program “Million Trees NYC” bertujuan menanam satu juta pohon baru dalam rangka mengurangi emisi karbon dan meningkatkan kualitas udara. Sementara di Singapura, konsep kota taman telah diterapkan dengan luas RTH mencapai 47% dari total wilayah kota.

Ruang Terbuka Hijau perkotaan tidak hanya berfungsi sebagai area rekreasi dan interaksi sosial, tetapi juga memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan ozon dan mendukung kesehatan lingkungan.

Dengan mengurangi konsentrasi CO2, menyerap polutan udara, dan memitigasi efek Urban Heat Island, RTH berkontribusi pada perlindungan lapisan ozon yang esensial bagi kehidupan di bumi.

Oleh karena itu, pelestarian dan perluasan RTH harus menjadi prioritas dalam perencanaan kota berkelanjutan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan menjaga keseimbangan ekosistem global.(***)

Share |

Artikel Terkait