Membentuk Kesadaran Kolektif, Anak Muda Jaksel Gelar Piknik Bebas Plastik

Jakarta Selatan, pejalan.or.id – Duduk lesehan beralaskan tikar, Ibni Fikri Lumaila (21) wajahnya terlihat sumringah. Bersama teman-temannya, pria berambut ikal ini rupanya sedang asyik bermain permainan kartu rumah minim sampah. Bentuk kartunya serupa kartu remi, namun cara memainkan berbeda, yaitu dengan menganalogikan rumah sebagai tempat untuk mengatasi masalah sampah.

Puluhan anak muda bermain permainan kartu rumah minim sampah di gelaran piknik asyik bebas plastik di Cilandak, Jakarta Selatan.

Permainan ini diinisasi salah satu penggagas Kota Tanpa Sampah, Wilma Chrysanti. Ada tiga pintu rumah yang digunakan untuk mempermudah permainan, yaitu pintu depan, tengah dan belakang.

Di pintu bagian depan adalah pra-konsumsi. Pemain harus tahu dan sadar apa yang mau dikonsumsi sejak dalam pikiran. Bila itu menghasilkan sampah, maka tidak boleh dipilih.

Misalnya, setiap kegiatan tidak menggunakan air minum kemasan, tetapi membawa tumbler. Begitupun saat berbelanja, pemain harus mengetahui apa yang akan dibeli dan sudah ada tempatnya.

Sedangkan pintu tengah adalah konsumsi, semua sisa barang tidak diperkenankan dibuang ke tempat sampah, dan tidak boleh mengambil makanan yang berlebih. Jika punya baju yang sudah tidak muat bisa juga didonasikan.

Permainan kartu minim sampah merupakan upaya sederhana untuk membentuk kesadaran kolektif dalam mengelola sampah dari rumah.

Sedangkan pintu belakang, pemain diminta untuk berpikir bagaimana cara memilah sampah seperti organik ke komposter, daur ulang ke pengepul, dan limbah B3 ke tempat pembuangan sampah di pemerintahan, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), maupun dinas lingkungan hidup setempat.

“Walaupun asyik, namun dari permainan kartu ini membuat perasaan saya jadi tidak enak. Saya selama ini ternyata kurang begitu peduli dengan sampah di rumah, asal buang begitu saja,” kata Ibni Fikri diacara Piknik Asik Bebas Plastik, pada akhir Juli lalu di Cilandak, Jakarta Selatan.

Puluhan anak muda bermain permainan kartu rumah minim sampah di gelaran piknik asyik bebas plastik di Cilandak, Jakarta Selatan. Foto : Falahi Mubarok

Membentuk kesadaran kolektif

Nadia Salsabila (24), fasilitator Kota Tanpa Sampah mengungkapkan, permainan kartu minim sampah merupakan upaya sederhana untuk membentuk kesadaran kolektif dalam mengelola sampah dari rumah.

Kesadaran yang dibentuk itu misalnya, sampah harus dipahami sebagai sisa konsumsi yang tidak mempunyai siklus peristiwa berikutnya. Selain itu, sampah adalah produk yang boros sumber daya di keseluruhan rantai siklusnya, begitupun dengan produk yang rantai siklusnya pendek dan terputus.

Selain itu, peserta juga diajak untuk membuka kesadaran bahwa sampah bukan sebagai pokok persoalan, melainkan lebih sebagai indikator dalam peristiwa di setiap rantai siklusnya.

Dia contohkan, pintu depan, pintu tengah dan belakang misalnya dilihat bukan hanya sebagai penanda peristiwa, namun juga bagian dari strategi kunci dalam mengelola siklus peristiwa konsumsi.

Sehingga tidak menimbulkan sampah dengan berpinsip, konsumsi seperlunya dengan memaksimalkan sumber daya, dan seminimal mungkin tidak menghasilkan limbah.

“Kalau kita ngomongin sampah itu kan sepertinya berat. Jadi, cara memahami permasalahan sampah ini bisa dengan melalui game,” jelas Nadia, ramah.

Dia bilang, Kota Tanpa Sampah ini merupakan sebuah gagasan sekaligus gerakan untuk menuju masa depan yang lestari, dimana sistem serta kultur konsumsi dan produksinya bisa selaras dengan nalar alam.

Tidak hanya berhubungan dengan kesehatan, isu plastik ini juga berpengaruh terhadap perubahan iklim dan berdampak kepada masyarakat adat.

Gagasan ini muncul, karena sejauh ini edukasi persoalan sampah yang sering dilakukan itu masih banyak di hulu dan hilir. Sedangkan edukasi ditingkat konsumen masih minim dilakukan.

Acara Piknik Asik Bebas Plastik yang dikunjungi mayoritas anak-anak muda ini juga menampilkan manekin yang dikenakan pakaian sampah kemasan saset. : Falahi Mubarok

Awalnya gagasan ini diujicobakan ke lima orang yang bereksperimen mengurangi sampah dengan waktu 7 hingga 14 hari. Hasilnya bisa mengurangi hingga 98 persen dengan data harian.

“Karena cara ini efektif dan berhasil, sehingga gimana caranya kami bisa menyebarkan ini dengan lebih cepat, luas dan caranya lebih menyenangkan,” katanya.

Pengurangan sampah plastik

Permainan kartu rumah minim sampah merupakan satu diantara rangkaian kegiatan dalam memperingati Plastic Free July. Acara gabungan dari sejumlah organisasi masyarakat sipil ini sekaligus sebagai bentuk komitmen mereka dalam menyuarakan pengurangan sampah plastik.

Di tahun-tahuh sebelumnya, kegiatan dilakukan dengan mengadakan pawai bebas plastik di hari bebas kendaraan di Jakarta.

Kali ini, kegiatannya dikemas dengan piknik. Selain permainan, dalam acara yang diadakan setahun sekali ini juga menyuguhkan pameran foto, pertunjukan seni, dan diskusi yang mengangkat isu plastik. Tidak hanya berhubungan dengan kesehatan, namun bagaimana isu plastik ini juga berpengaruh terhadap perubahan iklim dan masyarakat adat.

Adithiyasanti Sofia, dari Dietplastik Indonesia mengungkapkan, piknik bebas plastik menjadi contoh acara publik yang menggunakan protokol guna ulang.

Aturan ini mengharuskan para pengunjung tidak menggunakan kemasan plastik sekali pakai dalam praktek tenant makanan dan minuman. Lewat kegiatan ini juga menjadi bukti bahwa masyarakat mampu melakukan praktek guna ulang dengan membawa tempat makan sendiri.

“Tenant makanan dan minuman juga mampu memfasilitasi praktek guna ulang, seperti dengan menyediakan tempat pencucian alat makan,” tandasnya.

Sedangkan Ibar Akbar, dari Greenpeace Indonesia menyatakan, pemerintah perlu memperkuat sistem guna ulang sampah. Untuk menangani permasalahan sampah ini dia juga meminta agar produsen juga turut bertanggung jawab.

Ia menilai, walaupun sudah ada aturan tentang peta jalan pengurangan sampah oleh produsen nomor 75 tahun 2019 yang dikeluarkan KLHK. Akan tetapi dalam praktiknya, baru sedikit yang mengimplementasikan.

Dalam kesempatan terpisah, Ujang Solihin Sidik, Kepala Subdirektorat Barang Kemasan, Direktorat Pengelolaan Sampah, dan B3, KLHK mengakui jika progres aturan tersebut cukup lambat.

Walaupun begitu ia menilai sudah ada upaya yang lumayan positif dari produsen dari tahun ke tahun. Tanggapan positif ini didasari dari data yang berhasil dihimpun. Tahun 2023 lalu misalnya, jumlah produsen yang sudah memiliki akun untuk menyusun dokumen perencanaan peta jalan pengurangan sampah jumlahnya mencapai 143.

Sedangkan yang sudah menyusun dokumen perencanaan ada 49. Pada tahap implementasi jumlahnya ada 20 produsen, angka ini sama pula dengan jumlah produsen yang sudah menyerahkan laporan pelaksanaan peta jalan.

“Laporan yang sudah diverifikasi jumlahnya ada 16 produsen. Dari 16 produsen yang sudah lulus pemeriksaan tersebut diklaim berhasil mengurangi 127.500 ribu ton sampah plastik,” pungkasnya. (***)

Editor : pejalan.or.id

Share |

Artikel Terkait